11.28.2008
Relasional Perlawanan
Posted on 01.24 by HUKUM HAM DAN DEMOKRASI
Kerja Sebagai Dasar Hubungan Manusia
Oleh: Bani Sadr
Berikut adalah repleksi-aksi Bani Sadr Yang konteksnya hampir mendekati kenyataan yang ada di Aceh Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sebagaimana anda ketahui, hubungan antara A1-Khalik (Pencipta) dengan Makhluk (Ciptaan)Nya, berdasarkan atas kerja. Tuhan Yang Maha Küasa berhubungan dengan kita sebagai Pencipta. Demikian juga dalam hubungan an¬tara makhluk manusia, dan alam. Hal ini berarti, bahwa hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya pun berdasarkan atas kerjanya. Oleh karena itu, Islam te¬lah menghapuskan semua kriteria lain yang berlaku dalam masyarakat Iran — juga dalam masyarakat Amerika dan Eropa, yang di dalamnya beberapa orang berharap dapat menerima pembagian kekayaan nasional yang lebih besar dibandingkan dengan orang lain.
Harapan individu-individu itu untuk memperoleh ke¬kayaan diwujudkan dalam bentuk dominasi dan kekuasa¬an, status sosial, koneksi dengan orang yang berkuasa, posisi ekonomi mereka sebagai orang kaya, posisi-posisi poli¬tik yang mereka nikmati sebagai menteri; gubernur; atau komandan militer; posisi kultural yang mereka miliki, posi¬si pengetahuan, dan sebagainya. Islam menghapuskan se¬mua kriteria semacam itu. Dan Al-Qur’an tegas-tegas niengatakan: “Bahwa seorang manusia tidak akan mempe¬roleh sesuatu, selain apa yang dia kerjakan“.
Pendek kata, Islam tidak mengakui ukuran lain untuk mendapatkan kekayaan, sumber daya, dan sumber daya alam. Karena itu, dalam masyarakat, hak-hak rakyat un¬tuk memperoleh pendapatan adalah berdasarkan kerja pri¬badi. Orang-orang yang tidak bekerja, tidak berhak men¬depositokan kekayaan negara dalam rekening pribadinya, sebagaimana telah dipraktekkan semasa Rezim Shah.
Pada dasarnya, penghapusan semua kriteria lain dan pemapanan kriteria-kriteria baru yang berdasarkan atas kerja, secara fundamental lebih penting dan bernilai ke¬timbang dengan hanya menyatakan bahwa Kaum Buruh sendiri harus memiliki pabrik, atau bahwa pemilik pabrik barus sebagai pemilik kapital. Pada akhirnya, ini menun¬juk kepada persoalan boleh atau tidaknya pemerintah menjual menghabiskan penghasilan minyak yang sesungguhnya merupakan milik bangsa, hanya berdasar ambisi-ambisi pri¬badinya. Dengan demikian, jika kita hendak membangun masyarakat dimana kekayaan nasional dihabiskan menurut konstribusi-konstribusi produktif pada kekayaan itu — bukan menurut kepentingan~kepentingan pribadi —, maka Kaum Buruh akan memperoleh manfaat yang lebih banyak dibandingkan dengan penerimaan pertambahan gaji. Me¬nurut Islam, semua orang memiliki hak yang sama atas sumber-sumber daya alam. Tidak ada seorang pun yang berhak memiliki lebih banyak dari orang lain.
Kita juga dapat membagi kerja ke dalam beberapa ka¬tegori. Kerja yang dilakukan oleh seorang Buruh atau seo¬rang spesialis, disebut kerja teknis di mana terdapat orang¬ orang lain yang bekerja melibatkan lebih banyak pikiran ketimbang tangannya. Selama in perbedaan-perbedaan dalam masyarakat berasal dari anggapan ini. Yaitu bahwa setiap corak pekerjaan mempunyai nilai yang berbeda-be¬da.
Sebagai contoh, seorang Doktor menganggap bahwa dia telah menghabiskan 34 tahun hidupnya untuk belajar. Selama itu dia harus mencari sendiri uang yang dibutubhkannya, atau menggantungkan diri kepada keluarganya. Sementara dalam waktu yang bersamaan, seorang Buruh telah menerima upahnya. Dan sudut pandang Doktor ini, jika dia menerima upah itu lebih banyak dari upah yang diterima buruh, adakah itu adil?
Pertama, sebagaimana dijelaskan tadi, selama waktu yang sama Buruh pun menerima upah. Kedua, Doktor itu bekerja keras selama bertahun-tabun untuk mempelajari ilmunya. Dari sini diasumsikan bahwa Doktor dan Buruh menerima jumlah uang yang sama. Tidak ada orang yang akan melakukan studi dan menanggung kesulitan-kesulitan selama belajar. Dalam kasus ini, masyarakat telah kehi¬langan kesempatan untuk memperoleh dan memelihara bakat-bakat ilmiah yang diperlukannya, karena kesempat¬an itu telah diambil oleh sang Doktor. Pada gilirannya ini melahirkan semangat pengorbanan dalam bentuk penda¬patan, sehingga orang berkeinginan untuk melakukan ker¬ja ilmiah. Basis ajaran Islam memberikan lebih banyak pengorbanan semangat spiritual.
Pada dasarnya, jika kita barus memiliki masyarakat yang sehat, kita perlu memiliki Doktor-doktor. Dalam ma¬syarakat seperti ini, jika seseorang mengejar ilmu, dia akan menerima ganjarannya secara spiritual. Sementara itu, baik Doktor maupun Buruh, harus makan. Dalam ke¬nyataan kita sering menjumpai seorang Buruh dapat me¬makan roti dan coca cola dengan mudah (menurut ukuran Iran, peny), karena memang dia tidak mungkin-mendapat¬kan lebih dari itu. Sementara kelompok masyarakat yang lebih kaya dapat memakan makanan yang berlemak berle¬bih-lebihan, dan sangat enak. Bagi buruh, roti dan coca¬cola sesungguhnya merupakan kebutuhan tubuhnya; teris¬timewa coca-cola yang justru membahayakan tububnya. Di lain pihak, orang-orang kaya yang memakan makanan le¬mak berlebih-lebihan pun sesungguhnya juga membahaya¬kan tubuhnya sendiri.
Oleh karena itu, setiap pribadi lebih baik memiliki makanan yang sederhana dan mengubah harapan-harapan mereka dan sesuatu yang bersifat fisik ke kepuasan mental dan spiritual. Lihatlah pemimpin kita, Imam Khomeini. yang hidup dengan sangat sederhana. Sesungguhnya, dalam ke¬hidupannya, Imam Khomeini tidak hanya telah bekerja sa¬ngat keras tetapi juga dia telah melakukan banyak pengor¬banan pribadi.
Sekarang, berdasarkan atas penalaran di atas, kita harus menempatkan pemimpin agama kita ke dalam istana ¬istana dan taman-taman yang mewah jika kita mempertim¬bangkan kesungguhan kerja mereka. Tetapi dalam contoh yang baik ini, kita bahkan menyaksikan keunggulan yang berpangkal dari keinginan para pemimpin itu mengejar ganjaran spiritual. Bukan ganjaran material.
Jadi, kita harus mengoreksi tatanan sosial kita. Bagai¬manapun juga, kita harus mengubah model perilaku dan si¬kap Kaum Buruh, Insinyur, Dokter, dan para ahli lainnya, agar mereka lebih mudah memperoleh pendapatan yang lebih berkeadilan.
Tidak pelak lagi, setiap Doktor atau Insinyur atau te¬naga ahli, akan berharap memperoleh lebih banyak penda¬patan; karena masing-masing mereka dengan sabar telah menghadapi banyak tantangan ketika mereka menuntut il¬mu. Tetapi kenyataan ini harus dipandang seimbang de¬ngan pandangan lainnya. Yaitu, bahwa masyarakat umum juga dengan sabar telah menghadapi tantangan lebih ba¬nyak dalam rangka memperoleh seorang Doktor diban¬dingkan dengan tantangan yang dihadapi untuk mempero¬leh seorang Buruh. Masyarakat telah menyediakan semua fasilitas pendidikan buat penyelesaian studi seorang Dok¬tor, yang sesungguhnya hasilnya sendiri tidak dinikmati oleh kaum Buruh, kecuali dalam skala yang sangat terba¬tas.
Untuk itu, siapapun yang telah bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan, telah membangun bakatnya untuk memperoleh pengetahuan lebih banyak, berarti mere¬ka telah menjadi konsumen terbesar dari sumber-sumber daya sosial. Jika kita dapat mengoreksi basis pendidikan dan latihan dengan menyusun kembali standar-standar ni¬lai dan moral, kita akan dapat menjelaskan kepada orang¬-orang yang berpendidikan bahwa sekalipun mereka mem¬peroleh pengetahuan yang secara sosial bernilai, namun pendapatan sosial mereka seyogyanya didistribusikan de¬ngan cara tertentu, agar semua orang dapat memenuhi ke¬butuhan-kebutuhan hidupnya.
Bekas Rezim Shah menangani produksi dalam negeri dan Agrikultur kita dalam satu pola tertentu, yang jika an¬da berusaha mempertimbangkan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh manusia sehat dan peraturan mengenai mutu makanan, anda akan menyaksikan bahwa — dari produksi dalam negeri kita sendiri —, hanya sepertiga rakyat kita yang gemuk dan berbadan layak. Sementara dua pertiga lainnya, pasti mati kelaparan. Oleh sebab itu, kita melihat bahwa persoalan kita sesungguhnya jauh lebih suram di¬bandingkan dengan persoalan beberapa orang Buruh yang meminta pertambahan upah, atau seorang Doktor yang Ia¬ri ke Amerika sekedar untuk memenuhi keinginannya akan upah yang tinggi.
Marilah kita tunjukkan bahwa secara fundamental sa¬ngat tidak benar jika seorang Doktor meninggalkan nege¬rinya, pergi ke luar negeri, karena orang-orang asing itu ti¬dak membayar biaya yang dibutuhkannya untuk menjadi seorang Doktor. Karena rakyat negeri ini telah menderitä lapar untuk memberi kesempatan belajar kepada Doktor itu. Secara ril dia berhubungan dengan rakyatnya, dan rak¬yat negeri ini memerlukan dia tinggal di negeri ini untuk memberi pelayanan kepada rakyat. Bagaimanakah jati diri (humanitas essensial) doktor ini? Bagaimanakah dia berpi¬kir sebagai manusia jika dia begitu tidak berperasaan, ti¬dak peduli, dan begitu mudah disilaukan oleh gaji tinggi sehingga bersedia meninggalkan sesama saudaranya di ne¬geri ini? Jika jati dirinya kurang baik, adalah lebih baik membiarkannya pergi ke luar negeri. Jika kita harus mem¬pertahankannya di negeri ini, sesungguhnya dia tidak akan pernah memberikan perhatiannya yang sungguh~sungguh kepada saudara-saudaranya di negeri ini.
Perhatian utama kita adalah dua pertiga penduduk ne¬geri ini yang tidak mampu mencukupi kebutuhan makan¬nya. Silakan catat, masalah-masalah dan perhatian kita ti¬dak terbatas hanya kepada Kaum Buruh, jika kita ingin memecahkan masalah pendapatan masyarakat. Pertama¬-tama, masyarakat harus menjadi lebih kaya. Sebagai misal, untuk memecahkan masalah Kaum Buruh, perlu dipikir¬kan pembentukan Dewan Pekerja (Serikat Buruh) untuk mengatur para Buruh. Dalam haI ini, sistem perbankkan harus diubah. Hubungan antara berbagai perusahaan de¬ngan Kaum Buruh dalam suatu perusahaan industri harus diubah. Ringkasnya, secara keseluruhan semua sistem dan tatanan perlu diubah.
Andaikata sebaliknya, Seriikat Buruh yang telah di¬bentuk memutuskan untuk memesan bahan baku yang le¬bih banyak buat para Buruh anda, anda kemudian akan mernbutubkan kredit atau uang kontan. .lika anda tidak bi¬sa memenuhi jaminan itu, maka anda harus bergantung kepada para pemilik modal guna memperoleh kredit. Se¬hingga, secara sederhana, untuk memperoleh upah yang cukup agar tidak mati kelaparan, anda terpaksa harus me¬lakukan apa saja yang diminta para kapitalis itu, yang su¬dali barang tentu meninggagalkan maksud anda untuk mem¬bentuk Serikat Buruh.
Karena itu, setiap perubahan yang dilakukan harus bersifat fundamental, mendasar, dan sistematik. Berdasar¬kan premis ini, Imam Khomeini telah menekankan bahwa semua yang terlibat dalam Rezim Shah harus dieliminir. Ini bukti bahwa dengan eksistensi suatu rezim korup yang ben¬kelanjutan, setiap perubahan dan pembaharuan pasti tidak mampu memecahkan persoalan-persoalan rakyat yang mendasar. Sebagai misal, marilah kita lihat landreform yang ditetapkan oleh Rezim Shah yang pada dasarnya di¬maksudkan untuk memberi tanah kepada Kaum Petani. Sebelum landreform ini, sistem feodal di berbagai bagian negeri saling berbeda. Di beberapa daerah, hasil panen se¬cara tradisional dibagi ke dalam lima saham. Satu saham untuk pemilik peralatan pertanian. Satu saham untuk me¬reka yang menyediakan pengairan, yang dapat berupa su¬mur, pemilik terusan, atau mungkin petani itu sendiri se¬bagai pemilik pengairan. Satu saham untuk pemilik tanah. Satu saham adalah milik petani secara langsung. Dan sa¬ham terakhir disisihkan untuk pupuk guna penanaman di masa datang. Jika seorang petani memiliki tanah sendiri, peralatan bajak sendiri, sumur atau saluran air sendiri, maka kelima saham itu menjadi miliknya sendiri. Tetapi ji¬ka dia mengupahkan pekerjaannya kepada orang lain, ma¬ka ia hanya memperoleh seperlima dari basil panen. Di wi¬layah-wilayah yang memperoleh air hujan berlebih-lebih¬an, hasil panen dibagi menjadi empat saham. Berdasarkan ini, dengan memenuhi pembayaran pajak petani di bawah sistem, feodal, petani memperoleh lebih dan 40% basil pa¬nennya.
Sesuai dengan ketentuan landreform di bawah ke¬kuasaan Rezim lama, pemilikan tanah harus dialihkan ke¬pada Kaum Petani. Tetapi dalam kenyataannya, para peta¬ni diharuskan membagikan produk kerjanya kepada seo¬rang tuan tanah. Kemudian dia dipaksa membagikan produk itu kepada sepuluh, atau bahkan sampai lima belas, pegawai pemerintah yang menangani pelaksanaan landre form itu. Sebagian biaya petugas memang dibiayai peme¬rintah, tetapi sebagian lainnya harus dibayar oleh Kaum Petani. Ringkasnya, menurut banyak penelitian, dapat di¬simpulkan bahwa saham petani telah berkurang 16% dari 40% yang dipersembahkan kepada landneform Shah. Seka¬rang kita paham mengapa saham para petani benkurang se¬telah landreform. Kita juga melihat, fasilitas lain tidak diberikan kepada para petani.
Menurut landreform yang benar dan tepat, tanah ha¬rus diberikan kepada petani. Kedua, hak-hak pengairan harus dimiliki Kaum Petani dan secara ril air harus terse¬dia. Menurut pengalaman di bawah Rezim Shah, beberapa tuan tanah justru menggali sumur-sumur yang dalam, me¬mompa air dan tanah yang, sudah pasti, memperendah “meja air” sehingga menghancurkan sumur dan saluran di bawah tanah milik para petani kecil. Sebuah Iandreform tanpa jaminan pengairan, tidak ubahnya bagaikan sebuah biara. Ketiga, harga produk agnikultural harus cukup ter¬atur sehingga petani tidak mengalami kerugian. Keempat, riba harus disingkirkan dan desa dan daerah-daerah pede¬saan. Dengan kata lain, kita menyaksikan dengan riba itu betapa pendapatan para petani mengalir ke kantong para Bankir pemakan riba. Karena itu, Kaum Petani harus di¬bantu dengan pinjaman tanpa riba sebagaimana ditentukan dan dijelaskan dalam Islam. Perlu juga dipikirkan penyediaan teknologi untuk Kaum Petani melalui pengetahuan ilmiah yang dapat membantu memperbaiki kondisi panen mereka. Jika semua kondisi ini dipenuhi, bolehlah kita berharap dapat menyaksikan Kaum Petani menikmati kehidupan yang le¬bib baik.
Jangan membiarkan diri sendiri dibayangi oleh sem¬boyan-semboyan mempesona, kecuali jika kita sekedar hendak menganalisa masalah untuk melihat kebutuhan-ke¬butuhan yang akan diubah. Kita telah mengatakan, dalam Islam kerja merupakan basis nilai. Dan siapapun pun yang be¬kerja, akan menerima hasilnya. Tetapi anda masih harus berusaha sendiri, bagaimana agar hal ini bisa diterapkan. Dan kesemuanya ini bisa menjadi kenyataan bilamana an¬da melihat bahwa hal ini sungguh-sungguh benar, Islam benar-benar bekerja, dan anda sendiri mendukungnya de¬ngan penuh keyakinan.
Dalam langkah awal Islam, semua keputusan diambil berdasarkan musyawarah. Karena setiap bagian, apakah itu pabnik atau tempat lainnya, yang dikelola melalui Dc¬wan-dewan dan Konsultan, sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik. Tetapi agar musyawarah itu punya arti, anggota Dewan harus dipilih dari mereka yang memiliki pengetahuan dan keahlian. Jika sebaliknya, mereka yang dipilih justru tidak memiliki pengetahuan dan keahlian, para anggota Dewan itu akan memanfaatkan keanggotaan¬nya untuk memperoleh keuntungan dengan mengeksploe¬tasi Kaum Buruh.
Dalam Islam terdapat empat puluh enam situasi khu¬sus yang mencegah seseorang dan kerja mengeksploatir orang lain. Penipuan dan pembohongan, pun termasuk da¬lam kerangka eksploatasi ini.
Anda tentu tidak tahu berapa persen dari harga suatu produk merupakan upah buruh. Karena untuk hal ini, an¬da tidak pernah diberi tahu. Dan saya telah menghitung prosentase ini Pada hari-hari selanjutnya, saya akan men¬diskusikannya lebih temperinci, sehingga kita dapat mema¬hami seberapa jauh Kaum Buruh sesungguhnya telah di¬eksploetasi di bawah sistem kckuasaan Rezim Shah. Saya juga akan menunjukkan apa yang harus dilakukan guna menghindari eksploetasi semacam itu.
Di Eropa, upah Buruh terhitung antara 40% sampai 50% dari harga suatu produk. Tetapi di Iran, rata-rata ha¬nya 11% sampai 12% saja. Perbedaan ini merupakan basil dan corak produksi. Biaya produksi lebih tinggi di Iran, sehingga kecuali upah yang rendah, produk -produk dijual dengan harga yang sangat tinggi. Penalaran untuk ini bu¬kan saja bersifat ekonomis.
Untuk menjelaskan ketidaksesuaian antara biaya te¬naga kerja dengan harga akhir, Kaum Produsen akan me¬nuduh “Kita kekurangan ketrampilan Barat”. Kaum buruh kita tidak seefisien Kaum Buruh Barat. Produksi di Iran ti¬dak pernah mendekati kapasitas yang penuh. Pabrik-pabrik Barat tidak mendenita penurunan harga seperti yang diala¬mi pabrik-pabrik kita. Di Barat berbagai pabrik dan perusahaan saling bergantung dan dapat menjual kelebihan produksi kepada unit-unit lain. Sedangkan di Iran, kita ke¬kurangan sistem semacam itu dalam rangka menghitung harga-harga yang terlalu tinggi di dalam negeri.
Sesungguhnya faktor-faktor ini memang ada dan Cu¬kup efektif dalam membuat produk kita berharga mahal. Tetapi dalam kenyataannya alasan utama untuk meninggi¬nya harga-harga ini adalah soal politik. Bukan semata-ma¬ta ekonomis.
Semua produk di Iran di bawah kekuasaan Rezim Shah diletakkan ke dalam tangan-tangan monopoli. Dan setiap monopolis dapat menyusun berapa hanga yang dia inginkan. Sekarang, jika sebab-sebab politis ini dapat dieli¬minir, maka harga-harga akan jatuh, karena upah yang be¬gitu rendah di Iran.
Sejenak manilah kita berimajinasi bahwa kita adalah Buruh. Tidak usah menghitung semua aspek, tetapi pusat¬kan perhatian hanya pada upah yang rendah. Dan Dewan, dan melalui mereka, anda memperoleh pertambahan upah sebesar 40% sampai 50%. Jika anda mempunyai pemerin¬tah yang tanggap pemerintah itu pasti akan memenuhi tun¬tutan anda. Dan jika pemenintah tidak dapat memperhi¬tungkannya, anda akan melihat bangkrutnya sistem ekono¬mi negara. Kendala-kendala ekonomi yang tidak tanggap terhadap tuntutan upah yang dilakukan Kaum Buruh dan krisis ekonomi yang muncul, menyebabkan tuntutan upah kaum Buruh tidak punya arti, kita sendiri tidak bekerja, dan negara bangkrut.
Maka, pertama-tama kita harus menambah produktivi¬tas dalam masyarakat, sehingga pertambahan upah tidak akan menimbulkan inflasi. Karena itu pula, kita tidak ten¬paksa melipatgandakan import kita. jika melipatgandakan impor, kita akan terpaksa menjual lebih banyak minyak seperti yang pernah terjadi di masa Shah. Jika kita tidak hati-hati, bisa saja penistiwa semacam itu berulang kemba¬li.
Saya percaya bahwa upah dapat ditingkatkan terus di¬sertai dengan pertambahan produksi yang relatif sama, Se¬hingga kita dapat mengurangi penjualan minyak. Generasi kini dan esok, sebagai demikian, dapat memilikj serta me¬nikmatj hasil minyak negeri ini. Dengan kata lain, jika upah bertambah dan produktivitas dalam negeri berku¬rang, maka di pasar tidak akan terdapat produksi atau ba¬rang ekstra untuk dibeli. Dan jika kita terpaksa mengim¬por barang-barang semacam itu guna memuaskan tuntutan kita yang kian bertambah, harga barang semacam itu akan bertambah beberapa kali lipat. Inflasi berarti, harga ber¬tambah sebagai reaksi atas nilai uang yang berkurang. Mi¬salnya, kita biasa membeli koran seharga dua real, yang sekarang ini menjadi lima belas real. Sementara daya beli kita berkurang 7,5 kali, tidak ada orang bertambah penda¬patannya 7,5 kali. Harga meningkat, tetapi upah tidak ben¬tambah secara proporsional. Hanya mereka yang sekarang menjual barang-barang itu yang akan mengambil keun¬tungan dan inflasi.
Menunut Islam, harga dan daya beli harus tetap stabil dalam perbandingan satu sama lain. Sebaliknya, Buruh ha¬rus memikul beban inflasi yang dipikul oleh mereka yang tidak bekerja. Oleh kanena itu, stabilisasi daya beli, jauh lebih penting ketimbang peningkatan upah.
Uang digunakan untuk meningkatkan hanya 20% upah kita ketika, dalam waktu yang bersamaan, biaya hi¬dup meningkat lebih dan 40%. Karenanya, pentambahan upah hanya punya nilai tatkala pentambahan upah itu hilang oleh penangkap lain. Dengan demikian, semua bidang ekonomi harus diperbaharui secara kompnehensif agar kita bisa dengan sungguh-sungguh mengatakan bahwa kondisi Kaum Buruh telah maju dibandingkan dengan kondisi tra¬gis di masa Rezim Shah.
Sebagai misal, ibu kota Teheran dengan jumlah pen¬duduk lima juta orang — yang menurut beberapa orang ter¬sebut sebagai “Kota Buruh”-mengkonsumsikan 44% produksi per tahun negeri ini. Sangat pentingkah menghabiskan se¬suatu yang jauh diluar pendapatan total minyak kita ini, buat kota Teheran? Tetapi juga, jika uang yang dihabiskan itu digunakan untuk membangun dan mengembangkan wi¬layah-wilayah lain, siapkah anda meninggalkan Teheran dan hidup di wilayah-wilayah yang dikembangkan itu? Saya lemparkan pertanyaan ini, karena jika orang-orang di luar negeni mengkritik Shah, mereka selalu mengajukan pertanyaan favorit ini: “Jika Revolusi putih anda memban¬tu begitu besar negeri ini, mengapa begitu banyak slum2) tumbuh subur di sekitar Teheran?”.
Menanggapi kritik itu, Shah mengatakan bahwa para penghuni slum itu bisa memiliki rumah yang sangat baik di kota-kota lain, jika mereka mau menetap di sana, dan ti¬dak pergi ke ibu kota. Apa yang dikatakan oleh orang-¬orang asing ini kepada Shah, adalah bahwa di mana-mana yang dinikmati orang-orang miskin di ibu kota ini, hanya¬lah tenda-tenda dan kotoran-kotoran sampah yang berlu¬mut. Oh Shah, adakah ibu kota negerimu berbeda dengan ibu kota mereka? Adakah ibu kotamu hanya istana Niava¬ra yang memiliki, bahkan toilet terbuat dari emas? Jika si¬tuasi mereka memang begitu baik di wilayah-wilayah pede¬saan tempat anda melakukan Revolusi Putih, mengapakah orang-orang desa itu meninggalkan desanya, dan hidup di slum-slum yang menyedihkan?
Saya bermaksud mengatakan bahwa dengan perubah¬an tunggal, keadaan tidak akan menjadi lebih baik. Jika upah bertambah, tetapi biaya sekolah sangat tinggi, maka anda mungkin akan Iebih mempekerjakan anak anda ke¬timbang menyekolahkannya yang hanya menghabiskan uang. Lagi pula, kemudian, anda akan kehilangan sesuatu yang lain. Sepuluh tahun yang lalu terjadi kerusuhan umum di Perancis yang meminta perhatian terhadap keadaan Kaum Buruh di sana. Hasilnya, upah Buruh dill¬patgandakan. Tetapi, karena Buruh tidak dapat mengon¬trol faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, harga segera bertambah dua kali lipat. Dan situasi Kaum Bunuh bertambah buruk. Maka, dalam setiap pembaharuan yang fundamen¬tal, semua aspek harus dipenhitungkan.
Menurut ajaran Islam, pelayanan kesehatan harus gra¬tis, pendidikan dan latihan harus cuma-cuma, harga harus tetap stabil, dan setiap orang harus memperoleh pendapat¬an yang layak.3) Dari sana baru standar kehidupan dapat bertambah baik.
Di lain pihak, Kaum Buruh berhak memperolah peng¬ajaran. Di samping tangan anda, pikiran anda juga harus digunakan. Sebab itu, fasilitas harus disediakan buat Kaum Buruh dan petani di Iran untuk memperoleh pengetahuan. Pengajaran tidak hanya melalui buku-buku bacaan. Kaum Buruh harus benpartisipasi dalam soal-soal dalam negeri, sehingga mereka dapat mengembangkan bakat-bakatnya. Jika anda, Kaum Buruh, tidak berperan senta dalam masa¬lah-masalah sekeliling anda, anda tidak akan dapat mem¬bangun pikiran anda. Di dalam buku The Economy of Di¬vine Unity (Iqtishad at Tauhidi), saya menulis bahwa setiap orang harus melakukan tiga bentuk kerja.
Bentuk kerja yang pertama adalah kerja manual. A/i bin Abi Thalib Imam Pertama kita4), biasa bekerja di kebun serta biasa pula menggali sumur. Imam Muhammad Al-Ba qir8, Imam kelima kita, biasa menyibukkan dirinya dalam peng¬elolaan ladang. Disebutkan pada suatu hari, Imam Mu¬hammad Al-Ba qir sedang menggali ladang, nafasnya terse¬ngal-sengal, tubuhnya basah kuyup penuh keringat. Seo¬rang pengelana yang menyaksikan pekerjaan Imam Al-Ba¬qir terhenan-heran dan bentanya “Mengapa Imam begitu asyik dengan kerja-kerja duniawiyyah”. Sang Imam men¬jawab, “Sebentar, jika anda meninggal apa yang anda akan katakan kepada Tuhan?”. Pentanyaan itu dijawabnya sendiri. “Jika saya akan meninggal dalam keadaan mema¬tuhi Tuhan, sebab saya memperoleh penghasilan buat diri saya dan tanggungan-tanggungan saya berkat kerja saya sendiri tanpa memberatkan orang lain”.
Dalam Islam, kerja adalah ibadah kepada Tuhan, sa¬ma dengan sholat. Seseorang yang bekerja, akan bermen¬tal murni. Dan yang tidak bekerja, langsung akan kehi¬langan kontaknya dengan realitas, konsekwensi berikut¬nya, kemampuan mentalnya akan kurang bermanfaat. Para ilmuwan yang mendapatkan pengetahuan, selalu me¬nambah ilmu pengetahuannya dengan bekerja secara fisik di laboratonium. Adalah tidak benar bahwa sejumlah orang harus bekenja dengan tangan, sementara di lain pi¬hak sejumlah orang menggunakan pikirannya.
Bentuk kerja yang kedua, adalah kerja administratif. Orang harus selalu mengambil bagian dalam kepemimpin¬an dan penyelesaian persoalan-persoalan kemasyarakatan dan negara. Dalam kaitan ini, setiap orang mempunyai tanggung jawab sebagaimana dikatakan oleh Qun’an. Oleh karena itu, anda harus mengevaluasi segala persoalan, meni¬lai orang yang baik dan orang yang tidak baik, serta mengam¬bil bagian dalam kepemimpinan manajemen pemusahaan.
Bentuk kerja yang ketiga, adalah kerja innovatif. Ken¬ja ini bisa juga disebut sebagai kerja kreatif. Seorang Bu¬ruh harus dituntun untuk beninovasi melalui latihan dan pengalaman yang diperolehnya. Untuk bisa beninovasi, ti¬dak perlu harus menjadi seorang Insinyur atau ahli teknik. Sebab seorang Buruh pada suatu pabrik telah siap berhu¬bungan, bertatap muka, dengan realitas pnoduksi. Yang di¬perlukannya adalah dasar mental agar bisa beninovasi. Asumsi yang berkembang sekarang adalah, kita hanya me¬merlukan kerja manual. Dengan asumsi itu, kita mengira bahwa upah kita akan menjadi berlipat lima jika anda be¬kerja secara manual. Anda tidak akan bernasib lebih baik, jika anda hanya menghabiskan uang anda untuk bersantai¬-santai, atau untuk hal-hal yang tidak perlu, sementara pikiran dan bakat anda sendiri tetap tidak digunakan dan ti¬dak dikembangkan. Kaum penindas dapat menipu anda lagi, kanena anda tidak mengambil bagian dalam persoalan-per¬soalan negeri ini. Dan pembuatan keputusan tetap berada di tangan Kaum Penindas. Sekarang, jika beberapa orang telah melipatgandakan pendapat anda, sesungguhnya me¬reka tidak melakukan apa-apa. Upah anda memang benar¬-benar akan bertambah, tetapi seharusnya juga anda memi¬liki fasilitas untuk memperoleh latihan dan pendidikan. Maka, di samping bekerja, anda juga harus mempunyai waktu untuk mengembangkan mental anda. Sesungguhnya anda tidak perlu bekerja selama 16 jam yang semestinya hanya 8 jam sekedar untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar anda. Seorang yang bekerja hanya 8 jam sehari pun, sudah sangat lelah. Ketika pulang ke rumah, yang ingin di¬lakukannya hanya istirahat dan santai. Apalagi 16 jam.
Rezim Shah Iran telah membuat anda kecanduan me¬nonton televisi, sehingga anda tidak lagi berpikir. Dengan revolusi, perubahan kini harus mengambil tempat dalam setiap aspek kehidupan rakyat. Segala kemungkinan harus dipertimbangkan, sehingga kita bisa membangun diri kita sendiri, memperbaiki kehidupan melalui benbagai alterna¬tif. Sudah tentu, ketiga bentuk kerja di atas, membutuhkan situasi tertentu yang sesuai. Jika situasi tetap seperti situasi sebelum revolusi — menjual minyak dua belas dollar per barrel, kemudian menghabiskan pendapatan itu untuk mem¬beli barang-barang impor yang harganya ditentukan oleh orang-orang asing —, maka minyak kita akan habis dalam delapan tahun. Pada gilirannya, tidak ada uang. Tidak ada kerja. Tidak ada agrikultur. Tidak ada petani.
Masalah-masalah ini tidaklah sesederhana seperti di¬bayangkan oleh orang lain. Masalah prinsipil adalah kebebasan. Tanpa kebebas¬an, anda akan terhempas ke kiri dan ke kanan. Tidak mungkin terelakkan, dalam berbagai transaksi dengan du¬nia, anda akan dikuasai oleh Kaum Penindas yang dapat menentukan setiap harga seenaknya sendiri. Karena mere¬ka mengetahui benar, bahwa anda harus memperoleh ba¬rang-barang itu, dan harus membelinya.
Bekas Rezim Shah membangun kekuatan nuklir di Iran, sementara gas alam di propinsi Khozestan terbakar sia-sia. Upaya bekas Rezim Shah untuk menjawab masalah-masa¬lah persediaan minyak yang habis, dan ketergantungannya kepada modal asing, sama sekali bukan jawaban. Jika me¬mang tujuan kita harus memiliki suplai energi sekarang dan di masa datang, setidak-tidaknya kita dapat mencoba gas alam itu sekarang, oleh karena kekuatan nuklir tidak akan tersedia dalam waktu dekat ini juga, karena peralat¬an kekuatan nuklir adalah uranium yang telah dipersubur. Uranium harus diproses, dipersubur dan disuling sebelum ditempatkan dalam reaktor untuk membangkitkan energi. Negara-negara yang telah memiliki kekuatan nuklir, se¬sungguhnya tidak akan mengajari kita tentang bagaimana cara menyuling uranium. Mereka hanya akan mengajari kita tentang tombol-tombol mana yang dapat digunakan untuk menghidupkan atau mematikan, serta suku cadang yang akan dipesan, dan sebagainya. Sesuatu yang dikira melindungi kebebasan kita, ternyata justru membuat kita tengantung. Bahkan di sektor-sektor lain, seperti pentahan¬an militer, yang seharusnya melindungi kedaulatan nasio¬nal kita. Iran telah membeli banyak pensenjataan dalam tahun-tahun belakangan ini tetapi siapakah yang tahu ba¬gaimana menggunakan senjata-senjata itu? Bagaimana kita dapat memeliharanya tanpa suku cadang yang harus di impor? Oleh karena itu, apa yang harus dilakukan dengan harga persenjataan sebesar enam puluh juta toman6~ itu?
Adakah anda tahu, berapa jumlah enam puluh jnta toman itu? Dengan enam puluh juta toman, kita dapat me¬masang tiga lapis karpet di negeni ini. Setelah menghabiskan uang yang luar biasa jumlahnya itu, sekarang kita memiliki banyak senjata di berbagai gu¬dang pensenjataan, yang ketika Shah melarikan diri dari negeri ini para ahli yang paham tentang bagaimana meng¬operasikan semua persenjataan itu, lari juga bersama Shah. Karena itu masalab kita yang pertama-tama dan ten¬utama adalah, kita harus memiliki kebebasan.
Hanya dengan memiliki kebebasan saja kita dapat mengubah sistem dan organisasi yang meliputi pabrik-pa¬brik, sehingga Kaum Buruh tidak akan dieksploetasi. De¬ngan demikian, pninsip-pninsip Islam, bahwa “setiap orang harus mendapat manfaat dan kerjanya”, akan terealisir. Setiap orang akan menerima upah dan gaji sesuai dengan kerja yang dilakukannya. Harga dimapankan, dan penipu¬an akan tensepak.
Kekayaan dan proporsi pabrik-pabrik selain dirampas dengan berbagai cara. Sebagai misal, direktur pabrik dapat mengalokasikan enam nibu dollar selama satu bulan untnk dirinya sendiri sebagai upah. Anaknya akan dipilih sebagai direktur atau wakil direktur, juga dengan upah yang cuknp besar. Dalam kenyataannya sebagian besar pengeluaran dilakukan untuk staff administnasi. Bukan untuk Kaum Buruh. Pada waktu distribusi keuntungan tahunan, anda pasti melihat babwa pabrik memperoleh penghasilan hanya enam persen dalam bentuk upah yang ditetapkan. Menurut hukum, seperlima dari porsi keuntungan harus didistni¬busikan kepada Kaum Buruh sebagai hak mereka. Tetapi ternyata, begitu para Akuntan menyelesaikan pekerjaan¬nya, pasti diumumkan bahwa pabrik mengalami defisit atau kerugian bersih. Dalam situasi seperti ini, bagaimana setiap Buruh bisa berharap mendapat bagiannya yang se¬perlima itu?
Saya jnga ingin menunjukkan bagaimana perencanaan bagi basil pun merupakan cara untuk mengeksploatir Kaum Buruh. Bekas Rezim Shah membayarkan sejumlah besar uang di luar pendapatan minyak kita untuk pembeli¬an senjata, pengeluaran biaya militer dan aparat birokrasi yang demikian mahal. Adakah kita akan meneruskan si¬tuasi ala Rezim yang mahal itu? Jika demikian, kita harus mengalokasikan sebagian besar pendapatan negara pada hidang-bidang tersebut dan akan tetap sedikit untuk pen¬tumbuhan dan perkembangan ekonomi dalam negeri. Te¬tapi kemudian, jika kita mengeliminir ini, pengangguran akan bertambah. Sebagaimana terlihat, negeri ini seperti sebuah badan tempat semua orang saling berhubungan. Kita tidak dapat berusaha mempenbaiki kesehatan, tanpa mempertimbangkan kondisi seluruh tubuh. Secara menda¬sar mereka yang berkuasa dan telah mengubah se¬mua hal secara sistematik, tetapi tidak berusaha mengada¬kan perubahan dalam semua aspek negeni ini telah menyebabkan lebib banyak malapetaka buat kita.
Ini adalah pengantar buat ceramah saya yang akan di¬sampaikan besok. Saya akan melihat situasi Buruh selama masa kekuasaan Rezim Shah, dan apa yang harus dilaku¬kan di bawah Pemerintahan Islam Iran. Sebagai basil Re¬volusi Islam, Kaum Buruh, Kaum Petani, dan semna onang yang bekerja keras, harus sadar bahwa Islam adalah agama mereka. Agama Islam adalah agama Kaum Tentin¬das dan Kaum yang dirugikan. Al-Qur’an sendiri tetah mengatakan: “Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi ini dan hendak menjadi¬kan mereka pemimpin dan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang mewanisi bumi”.7)
Untuk membawa persoalan ke bawah pengawasan Kaum Tertindas dan mereka yang dirugikan, perubahan struktural harus dilakukan. Bukan perubahan-perubahan yang hanya artifisial atau superficial, seperti menempatkan orang-orang alim di kursi-kursi kementerian yang biasanya diduduki para pencuri dan penjilat. Perubahan semacam itu sebenarnya perlu dan dapat diterima, tetapi itu sangat jauh dari cukup. Sesungguhnya sekarang ini, dibandingkan dengan para pencuri dan penjilat, para menteri kita adalah orang-orang baik. Akan tetapi, jika segala sesuatu masih tetap tidak berubah, sistem lama tetap bertahan, orang-orang asing akan terus mengeksploatir kita hanya dengan satu perbedaan; yakni bahwa sekarang para menteri tidak mengambil bagian dalam merampas negeni ini.
Kesucian dan kesalehan pribadi memperoleh makna ketika anda bekerja dalam suatu sistem yang benar dan sa¬Ieh. Jika anda bekerja di bawah sistem yang eksploatatif, kesalehan dan kebajikan yang anda miliki tidak akan ben¬manfaat. Transformasi fundamental harus mengambil tem¬pat dalam upaya menerapkan pninsip-pninsip Al Qur’an bahwa bnmi dan langit diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa buat semua makhluk manusia.) Bumi dan langit ha¬nyalah milik Allah semata.9) Dalam Islam, pemilikan harus milik Allah, tidak ada sesuatu pun mempunyai bagian lain dalam pemilikan yang absolut dan tidak terkendali.
Ini telah ditekankan oleh prinsip “peniadaan” dan “pengiyaan” dalam Islam.) Bagaimanapun juga, setiap manusia pasti berhak sebagai wakil Tuhan (Kalifah) di bumi.’1) Untuk menikmati dan memanfaatkan bumi ini pa¬da tingkat tertentu guna mengembangkan pikiran dan ba¬kat-bakat kemanusiaannya. Kita sedang berjuang mereali¬sir prinsip-prinsip ini.
Setiap orang harus sebagai pemilik atas kerjanya. Tanah dan peralatan yang dibutuhkan, harus tersedia buat mereka yang bekerja. Orang lain tidak boleh mencampuri hak-hak orang untuk bekerja. Itu prinsip pertama. Pninsip kedua, setiap orang harus melakukan tiga bentuk kerja: manual, mental, dan inovasional. Dengan kata lain, di samping kenjanya dia harus mengambil bagian aktif dalam kepemimpinan negerinya dan dalam membuahkan speku¬lasi-spekulasi atau penemuan kreatif.
Bagaimanapun juga, dalam kenyataannya setiap teori memiliki metode. Sebab itu, anda harus mengetahui ben¬tuk-bentuk transformasi macam apa yang harus mengambil tempat dalam pemerintahan, untuk kemudian anda maju ke depan, mendukung pemerintahan tersebut; agar semua orang dapat bebas, bersaudara, dan sama dalam suatu ma¬sa depan cemerlang yang Islami. Masa depan Islami yang menyediakan berbagai kemungkinan untuk kebahagiaan mereka .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Relasional Perlawanan"
Leave A Reply